MEMBUMIKAN KARAKTER DALAM PEMBENTUKAN
PROFIL PELAJAR PANCASILA DI ABAD 21
Oleh
Tatang Taryana, S.Pd
(Guru PPKn SMA BPI 1 Bandung)
Dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terus berkembang seiring berkembangnya fenomena, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dewasa ini problematika karakter bangsa terus muncul dalam wujud berbagai fenomena yang dapat dikatakan aktual, namun klise. Di dunia pendidikan, baru-baru ini misalnya, muncul beberapa berita viral di media massa maupun media sosial tentang problematika yang dapat dikatakan klise, yaitu tentang intoleransi. Namun begitu, tidak sedikit pula problematika lain yang terjadi di dunia pendidikan dan masyarakat seperti lunturnya budaya gotong royong, rendahnya nasionalisme, disintegrasi bangsa dengan merebaknya berbagai konflik vertikal maupun horizontal. Selain itu berbagai problematika ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila Ironis, mempunyai dasar negara Pancasila tetapi masih miskin karakter. Kenyataan ini menunjukkan merosotnya nilai karakter bangsa Indonesia tengah terpuruk begitu dalam. Nilai-nilai Pancasila seolah-olah mulai pudar dan luntur pada generasi saat ini.
Tantangan Abad 21 yang timbulkan problematika tersebut menggambarkan bahwa
perilaku dan karakter bangsa yang menyimpang marak terjadi sehingga perlu diciptakan kesadaran untuk membumikan karakter, banyak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang Pancasilais, Indonesia nyaris berpamitan dengan Pancasila. Banyak dari Warga Negara Indonesia tentang stigma negatif pemikiran orang-orang adanya kekhwawatiran seolah-olah mempertanyakan keautentikan Pancasila yang digali dari nilai-nilai asli Bangsa Indonesia. Banyak dari Warga Negara Indonesia yang mengganggap Pancasila hanya sebatas “simbol formal” negara saja. Mereka hanya mengetahui sebatas menghapal Pancasila, akan tetapi mereka tidak menyakini bahwa Pancasila merupakan identitas bangsa. Pancasila tetap relevan untuk diaplikasikan dalam setiap sisi kehidupan. Pancasila seyogyanya tetap berakar pada setiap sanubari insan Indonesia. Namun demikian, tidaklah mudah untuk menginternalisasi Pancasila dalam kehidupan di era global saat ini terutama pada generasi muda yang lekat dengan pemanfaatan teknologi informasi. Peserta didik menjadi bagian dari generasi muda yang juga tidak pernah lepas dari penggunaan piranti teknologi informasi. Teknologi informasi menjadikan arus informasi semakin terbuka lebar baik informasi yang berdampak positif maupun negatif.
Berbagai berbagai Probematika di Indonesia di atas, yang akan penulis angkat pada tulisan ini tentang Karakter Pancasila. Pancasila merupakan hasil pemikiran dan kristalisasi dari nilai-nilai kehidupan dan cita-cita masyarakat yang sumbernya tidak lain adalah dari kehidupan bangsa Indonesia yang plural dan Multikultural. Ketika bangsa Indonesia berupaya untuk membentuk bangsa yang merdeka dan mendirikan negara yang berdaulat, maka para Pendiri Negara (The Founding Fathers), mengadakan Perjanjian Luhur, untuk menetapkan Cita-cita Luhur Bangsa Indonesia yang harus diwujudkan di kemudian hari dan yang akan mendasari semua penyelenggaraan kehidupan dalam pencapaiannya.
Prinsip-prinsip kebijakan pendidikan menguatkan prinsip kesetaraan dan keadilan sosial. Anjuran ini selaras dengan cita-cita bangsa yang termuat dalam Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia. Dengan kata lain, berorientasi pada tujuan global tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan pendidikan untuk memajukan nilai dan budaya luhur bangsa, dengan falsafah Pancasila yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan serta kesejahteraan dan keadilan sosial. Semangat Konstitusi dan Cita-cita pendiri bangsa, filosofi pendidikan berkualitas tercantum pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Alinea ke empat diantaranya “.....untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”. Maka dalam setiap generasi muda Indonesia agar cerdas dan berkarakter Pancasila bangsa Indonesia tidak punah di gerus oleh kencangnya hantaman arus globalisasi dan Pendidikan. Pendidikan ini merupakan hak mendasar di dalam nilai kehidupan manusia. Pendidikan menjadi kunci dasar dari pembangunan sebuah negara itu sendiri. Sebuah negara tidak bisa berdiri tanpa adanya pendidikan dimana masyarakatnya tidak bisa berkembang dan hanya akan dibodohi oleh negara lainnya. Pendidikan juga laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.
Merujuk pada pandangan Ki Hadjar Dewantara, dalam (VF Musyadad, 2022) bahwa, “pendidikan sebagai proses pembudayaan bukan hanya diorientasikan untuk mengembangkan pribadi yang baik tetapi juga masyarakat yang baik”. Sebagai proses pembudayaan, pendidikan perlu berorientasi ganda, membangun pelajar yang mampu memahami diri sendiri sekaligus lingkungannya. Orientasi ini harus berimbang, di mana pendidikan membantu individu untuk mengenal potensi dirinya, dan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk menempatkan keunggulan-keunggulan dirinya di lingkungan sekitarnya. Sehingga pendidikan untuk pembudayaan membutuhkan pengembangan daya pikir, daya rasa, daya karya, dan daya raga.
Penulis tertarik dalam menulis essai di beri judul Membumikan Karakter Dalam Pembentukan Profil Pelajar Pancasila Di Abad 21. Penulis menggambarkan Yayasan BPI yang bergerak dalam bidang penyelenggaraan pendidikan formal, mulai jenjang pendidikan pendidikan pra sekolah, jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan menengah. Lembaga Pendidikan Yayasan BPI menjadi garda terdepan untuk membumikan Karakter Pancasila sebagai upaya untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia dengan membentuk UPK Karakter sejalan dengan visi nya yaitu dengan semangat kekeluargaan dan kemandirian Yayasan ini bermaksud membaktikan dirinya terhadap Nusa dan Bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas bagi anak bangsa dalam rangka ikut membentuk manusia yang setia pada dharmanya. Dengan motto pendidikan: “Winaya Utama Marganing Satya Dharma” (Pendidikan yang baik adala cara untuk membentuk manusia yang setia terhadap dharmanya). Pendidikan di korelasikan dengan Mars sekolah BPI: “ Harumkan Nama BPI, Ditanah Air kita, Persada Indonesia Berdasar Pancasila”. Sejalan dengan Kaelan dalam bukunya (2013, hlm. 42) menyatakan bahwa: Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar negara serta ideologi negara, nilai-nilainya telah terdapat pada bangsa Indonesia dalam adat istiadat dalam budaya serta dalam agama-agama sebagai pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Dengan mengatasi Problematika tersebut bagaimana membumikan karakter bangsa erat kaitannya dengan jati diri, karakter warga negara, dan keteladanan pemimpin bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, membumikan karakter menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan melalui pembentukan Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila telah dijadikan sebagai salah satu visi dan misi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. terus berupaya menyiapkan dan melaksanakan kebijakan yang tepat untuk mengatasi berbagai problematika tersebut.
Sesuai dengan latar belakang di atas. Bahwa penulis tertarik untuk menuliskan gagasan dalam membumikan karakter dalam pembentukan Profil Pelajar Pancasila pada abad 21. Profil Pelajar Pancasila berdasarkan Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 mengenai Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 yang berbunyi: “Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Profil Pelajar Pancasila adalah gambaran tentang kemampuan maupun karakter pelajar Indonesia. Profil Pelajar Pancasila disusun pada kurikulum merdeka yang disesuaikan terhadap konstitusi mengenai fungsi, peran dan tujuan, pendidikan nasional. UUD NRI 1945, Pancasila, Standar Lulusan, serta amanat beberapa tokoh pendidikan Indonesia menjadi acuan utama untuk mengembangkan Profil Pelajar Pancasila. Selain itu Profil Pelajar Pancasila adalah kepribadian dan keterampilan yang dimasukkan ke dalam kehidupan sehari-hari dan hidup dalam diri siswa secara individu melalui budaya sosial, pembelajaran intrakulikuler, kokulikuler, dan ekstrakulikuler.
Berdasarkan upaya membumikan karakter dalam pembentukan Profil Pelajar Pancasila pada Abad 21 di salah satu unit Yayasan BPI antaranya:
Pertama, Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia. Pelajar
Pancasila diharapkan memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi, sehingga bisa menerapkan nilai-nilai baik yang sesuai dengan ajaran agama didalam kehidupan sehari-hari. Bukan iman dan taqwa pada Tuhan YME saja namun, Pelajar Pancasila juga diharapkan memiliki akhlak pribadi yang baik, terhadap sesama manusia maupun terhadapa hewan, tumbuhan, dan alam, sebagai sesama ciptaan-Nya. Contoh nya dengan melakukan pembiasaan, membaca Al-Qur;an, Asmaul Husna, Berdoa sebelum dan setelah belajar, Shalat berjamaah, dll
Dokumentasi 1
Kegiatan Pembiasaan
Sumber : IG smasbpi1
Kedua, Berkebinekaan Global. Pelajar Pancasila harus memegang teguh nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Bukan hanya dengan sesama bangsa Indonesia, tetapi juga saat berinteraksi dengan bangsa atau kultur budaya negara lain. Pelajar Pancasila dituntut untuk dapat mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitas, namun tetap berpikiran terbuka ketika berinteraksi dengan budaya lain. Contoh nya Kegiatan Festival Budaya dan Belajar bahasa asing.
Dokumentasi 2
Kegiatan Festival Budaya
Sumber : IG smasbpi1
Ketiga, Gotong Royong. Sebagai salah satu nilai luhur sejak nenek moyang kita
terdahulu, yaitu guyub atau gotong royong, juga harus dipegang teguh oleh pelajar Pancasila.
Pelajar Pancasila akan mampu melakukan kegiatan bersama-sama dengan suka rela, agar
kegiatan tersebut terasa lebih lancar, mudah, dan ringan. Contoh nya: Kegiatan Kepramukaan System Blok.
Dokumentasi 3
Kegiatan Kepramukaan System Blok.
Sumber: Penulis (2022)
Keempat, Mandiri. Kemandirian juga merupakan kunci penting dalam menjalani
kehidupan. Meski mampu menjalankan sesuatu dengan gotong royong, tetapi Pelajar Pancasila akan mampu menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab secara mandiri. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran dari diri sendiri terhadap situasi yang dihadapi, serta kemampuan menciptakan regulasi diri sendiri. contoh nya : mengerjakan soal Ujian dengan Jujur dan Mandiri.
Dokumentasi 4
Mengerjakan Soal Ujian
Sumber: IG Smasbpi (2022)
Kelima, Bernalar Kritis. Untuk menghadapi kompetisi global seperti saat ini dan masa mendatang, maka kemampuan bernalar kritis sangat diperlukan. Kemampuan berpikir kritis sendiri diartikan sebagai kemampuan secara objektif memproses informasi baik secara kualitatif dan kuantitatif. Conto nya: belajar untuk bertanya dan menyatakan pendapat.
Dokumentasi 5
Belajar untuk bertanya dan menyatakan pendapat.
Sumber: IG Smasbpi
Keenam, Kreatif. Untuk menciptakan berbagai penemuan inovatif di masa depan
diperlukan kreativitas yang tinggi. Tidak hanya sekadar menemukan gagasan-gagasan baru,
sebuah inovasi diharapkan juga bermakna, bermanfaat, dan membawa dampak bagi masyarakat. Pelajar Pancasila akan dapat mengasah kreativitas dengan menerapkan pemikiran kritis yang kemudian diolah menjadi inovasi baru. Salahsatu contohnya oleh ekskul Paranada, peserta didik mampu menciptakan lagu keroncong dan pembelajaran STEAM
Dokumentasi 6
Ekskul Paranada, peserta didik mampu menciptakan lagu keroncong
Sumber: IG paranada
Pendidikan Yayasan BPI dalam era transformasi digital yang bertepatan dengan milad ke 74 tahun dapat mendukung untuk membumikan karakter dalam profil pelajar pancasila dengan enam karakteristik Pelajar profil Pancasila, dengan ini di harapkan menjadi peserta didik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif yang menjadi landasan pembangunan nasional. Profil Pelajar Pancasila memiliki tujuan utama yaitu terjaganya nilai luhur dan moral bangsa, kesiapan untuk menjadi warga negara yang baik (to be good citizenship) dan mumpuni, serta tercapaianya kompetensi abad 21. Di jiwa dan perilaku sehari-hari di dalam komunitas maupun profesi, kita harus memiliki profil pelajar Pancasila. Pelajar yang dimaksud di sini adalah SDM unggul yang merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila tidak sekadar untuk dipahami, tetapi yang sangat penting dan bermanfaat ialah bagaimana mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari baik di keluarga, masyarakat, satuan pendidikan.
Pada Abad 21 perkembangan IPTEK telah membawa kemajuan dan kemudahan serta perubahan pada kehidupan manusia. Berbagai manfaatnya dapat terasa pada era sekarang ini dimana semua perlahan beralih dari sesutau yang sederhana menjadi sesuatu yang lebih modern. ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dicapai, tetapi tanpa diimbangi kualitas moral dan pengamalan nilai keagamaan yang memadai, maka justru akan dapat merusak tataatan kehidupan masyarakat itu sendiri. Maka diperlukan pendidikan karakter dalam mengembangkan nilai-nilai dan budaya IPTEK. Pendidikan karakter Abad 21 pada dasarnya melakukan transformasi dari masyarakat berbudaya tradisional menjadi masyarakat yang berpikir analitis kritis dan berketerampilan IPTEK dengan tetap menjunjung/memelihara nilai-nilai agama, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa. Dengan adanya UPK Karakter di Yayasan BPI itu merupakan perwujudan aksi nyata (real action) dalam membentuk Profil Pelajar Pancasila. Apabila satu dimensi tersebut ditiadakan maka profil tersebut menjadi tidak bermakna. UPK Karakter di Yayasan BPI dalam Profil Pelajar Pancasila menjadi salah satu kompas untuk semua upaya peningkatan kualitas Pendidikan nasional yang perlu dihidupkan dan menjadi bagian dari budaya satuan Pendidikan. Serta terhindar dari kegiatan-kegiatan yang tidak bermakna.
Daftar Pustaka
Pancasila
UUD NRI tahun 1945
UU Sisdiknas 2013
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 mengenai Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 tentang Profil Pelajar Pancasila
Kaelan (2013). Negara Kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
VF Musyadad. (2022). Supervisi Akademik untuk Meningkatkan Motivasi Kerja Guru
dalam Membuat Perangkat Pembelajaran. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(6), 1936–1941
IG SMA BPI 1 Bandung
IG Paranada